Monday, April 29, 2019

#NoteDiri

Salah satu hal bodoh yang dulu saya lakukan adalah "menebak-nebak". "Besok bagaimana kalau akan seperti ini?, seperti itu?", "Bagaimana kalau dia seperti ini bukan seperti itu?", atau "Ahh .. mungkin nanti akan begini". Dengan kata lain, menebak-nebak adalah khawatir. Khawatir atas apa yang belum terjadi, padahal itu semua masih beberapa jam di depan, beberapa hari lagi, atau bahkan beberapa tahun lagi. Menyedihkannya lagi, saking banyaknya tebakan-tebakan dan kekhawatiran itu, justru kualitas beberapa hal di masa sekarang menjadi buruk, tidak fokus.

Sibuk mengkhawatirkan perasaan orang lain, tapi mengalahkan perasaan sendiri. Sibuk memikirkan hal apa yang akan dilakukan nanti tapi lupa menyelesaikan dengan baik pekerjaan sekarang. Takut kehilangan seseorang di mana depan tapi tidak menjaganya di masa kini. 


Hati dan pikiran itu kadang mengkhawatirkan hal-hal yang masih bayang-banyang. Tidak seharusnya seperti itu. Hidup hari ini untuk hari ini, bukan nanti.

Sekarang saya mulai memperbaiki hal-hal bodoh itu. Saya mulai berbenah. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh yang yang selalu khawatir. Masa depan harus dipersiapkan, bukan dikhawatirkan. Caranya, dengan melakukan hal baik di masa sekarang. Mengupayakan dengan baik.


Wednesday, April 24, 2019

Dulu saya punya teman, kemana-mana bareng. Mau cerita ini itu, bebas, kami dekat. Berjalannya waktu, kami semakin jarang bertemu, disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Tak apa, memang harus seperti ini.

Dulu saya punya teman, biasa saja. Bertukar sapa sesekali saja. Jarang saling tanya kabar, tapi ketika satu sama lain butuh atau sedang merayakan kebahagiaan, kami kompak. Iya, memang seperti ini adanya.


Dulu saya punya teman. Bertemu baru sekali, tapi setelahnya rutin saling berkabar, sampai sekarang, dan hanya melalui sosial media. Sesekali video call. Hanya sesekali, tapi durasinya lama. Tak apa, memang caranya seperti ini.


Dulu saya punya teman. Tak pernah berkabar, tiba-tiba datang dan ada maunya. Ada, ada teman seperti ini. Bantu, semampunya.


Dulu saya punya teman. Teman yang selalu saya harapkan bisa paham situasi saya tanpa saya bercerita, saya egois. Nyatanya, dia diam. Sebaliknya, orang yang tak terduga justru menyapa dan menjadi pendengar. Tak apa, memang segala harapan ada yang meleset.


Dulu saya punya teman. Teman yang selalu saya ganggu, yang selalu saya mintain tolong, dan segala hal yang memberatkan dia. Kadang saya jadi teman yang ngeribetin


Dulu saya punya teman, sering curhat. Tapi, selalu menjadi pendengar tak selamanya bagus, kita punya batasan.


Dulu saya punya teman, biasa saja tapi sekarang bisa lebih akrab. Dulu dia tak pernah cerita urusan pribadinya tapi tidak untuk sekarang, dia lebih terbuka. Saya senang, bahwa saya ditempatkan sebagai orang yang dia percaya.


Sekarang, semua teman itu ada yang masih menjadi teman tapi lebih banyak yang sudah hilang. Semua berproses dan ada masanya mereka pergi dan terganti, pun dengan kita di kehidupan orang lain. Ada masanya kita pergi.

Doll for Child

  Social activities selalu bisa memberikan energi baik untuk saya tapi selama menjadi seorang karyawan, kegiatan semacam ini sulit sekali di...