Tuesday, November 5, 2019

Setiap yang terjadi memiliki batas, tidak selamanya seperti ini atau seperti itu. Akan ada yang berlalu. Sebentar lagi, terselesaikan. 

Tuesday, July 9, 2019

Aku bisa saja memupuk dan merawat, tapi yang kuasa menumbuhkan adalah Gusti Allah.

Wednesday, June 26, 2019

#NoteDiri

Jangan benci degan diri sendiri. Setiap keputusan entah itu salah di awal atau benar di awal semuanya sudah terjadi. Sisanya tinggal diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan mantap. Berani untuk maju. Berani untuk menerima tantangan. Berani untuk menghadapi dunia yang sebenarnya. "Bisa" dan "Benar" adalah proses akumulasi pengalaman yang terjadi dari dulu hingga sekarang. Setiap proses yang terjadi harus diiringi dengan sikap positif. Kuatkan dengan doa, mohon setiap keputusan untuk dibimbing Yang Maha Kuasa. Mohon untuk setiap langkah dikuatkan. Tidak ada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allah Yang Maha Tau Segalanya dan Maha Menguatkan. Pasrah tapi tidak menyerah. Maju tapi tidak ragu. Berproses tanpa protes. Setiap yang terjadi sudah menjadi jalan. Selesaikan dengan baik.

Wednesday, May 1, 2019

Lolos Esai Seleksi CPM XVII Indonesia Mengajar

Hai, it's me .. sebenarnya tulisan ini pernah saya tarik dari blog dan kali ini saya mau publikasi lagi. Setelah saya baca ulang, beberapa kalimat dan cerita terasa aneh, but it's okey. Buat teman-teman yang membaca ini dan mencari informasi tentang IM silakan ambil bagian yang baik, jika ada bagian yang buruk tinggalkan ya, boleh kirim pesan juga ke saya melalui Telegram, semoga yang sedikit dan sederhana ini bisa berguna

***

Tahun 2018 lalu, utuk kedua kalinya saya mengirimkan aplikasi untuk mendaftar sebagai CPM XVII Indonesia Mengajar dan Alhamdulillah saya bisa lolos sampai tahap Direct Assessment (DA) ke Jakarta lalu lolos kembali dan sempat Medical Check Up (MCU). Walaupun setelahnya gagal. Mungkin aplikasi saya akan lebih bisa bermanfaat kalau saya share di sini, bisa untuk referensi teman-teman yang sedang atau akan mendaftar sebagai salah satu Pengajar Muda (PM). Btw, sekarang ini CPM XVIII sedang dibuka. Semangat! untuk yang akan mendaftar, semoga niat baik kalian dikabulkan dan benar-benar bisa turut andil meskipun dengan hal sederhana.

Kalau ada kesempatan, mungkin saya akan share tentang pengalaman seleksi Direct Assessement di Jakarta lalu, tapi tidak semuanya karna memang ada beberapa hal yang hanya boleh kami simpan sendiri dan agar nanti teman-teman yang akan ikut DA bisa merasakan "semengejutkannya" IM ternyata.


So .. semoga sharing ini bermanfaat.



Di usia Anda yang produktif, banyak sekali tawaran menarik seperti pekerjaan, beasiswa, menikah dan membuka usaha. Ceritakan momen yang membuat Anda tetap yakin untuk memutuskan menjadi Pengajar Muda dari sekian banyak tawaran menarik tersebut!


Menjadi Pengajar Muda sudah menjadi keinginan saya sejak duduk di bangku SMK. Dulu saya melihat Pak Anies Baswedan bertutur tentang gerakan Indonesia Mengajar. Saya tertarik. Setelah lulus SMK saya membaca persyaratannya ternyata syaratnya harus S1. Saya belum memenuhi syarat saat itu tapi keinginan saya masih ada. Akhirmya saya masuk S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tahun pertama saya kuliah, saya mengumpulkan uang untuk membeli buku "Indonesia Mengajar, Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri". Pada 06 Maret 2013 saya mendapatkan buku itu di Gramedia Sudirman Jogja dengan harga Rp. 54.000. Banyak kisah yang saya baca, namun yang paling menempel di pikiran saya dan menambah semangat saya untuk menjadi PM adalah puisi yang ditulis oleh mba Ginar Santika Niwanputri, PM di Tulang Bawang Barat, berjudul "Sepatuku". Membaca puisi beliau ditambah fisualisasi dari foto yang beliau lampirkan, membuat saya bisa terbayang bagaimana senangnya disapa anak-anak dan belajar bersama mereka. Walaupun banyak perjuangan yang harus mba Ginar lakukan, termasuk kisah sepatunya yang berlumpur. "Biarlah kubeli berjuta sepatu, Demi semua yang setiap pagi menyambutku", kata beliau. Saya ingin merasakan yang seperti itu. Berjuang memberikan apapun yang dimiliki untuk mimpi anak-anak di pelosok negeri.


Saya sadar bahwa saya sudah menikmati banyak kenyamanan di kota kelahiran saya. Selama 24 tahun saya tidak pernah beranjak dari kota ini. Saya ingin membalas jasa yang sudah diberikan negeri ini untuk saya. Akses sekolah yang mudah saya jangkau, buku-buku yang mudah didapatkan, bebas mendapatkan akses informasi. Saya sudah banyak menikmati hal menyenangkan itu. Sekarang waktunya saya membalas jasa, mengabdikan sebagian waktu dan tenaga saya untuk urun andil menjadikan Indonesia yang lebih baik.


Saya ingin menginspirasi anak-anak bangsa bahwa mereka bisa bermimpi setinggi apapun, mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sama, meyakinkan mereka bahwa mereka sama istimewanya, mereka bisa. Saya ingin berterimakasih kepada Ibu Pertiwi dengan wujud nyata, dengan tindakan yang berarti untuk orang lain.


Pertanyaan kenapa saya tidak memilih beasiswa atau karir, jawabannya adalah menjadi Pengajar Muda adalah prioritas utama saya karna sebelum mengejar apa yang menjadi keinginan pribadi saya (beasiswa dan karir) saya harus menunaikan kewajiban saya terlebih dahulu.


Ceritakan pengalaman Anda saat harus menyelesaikan pekerjaan dimana terjadi kondisi yang bertentangan dengan nilai/prinsip yang Anda yakini! Bagaimana Anda mengatasinya?


Berbicara tentang prinsip, dari dulu saya berpikir bahwa ilmu itu bebas dibagikan untuk siapa saja. Secara gratis tentunya. Melalui diskusi, brain storming, ataupun kajian-kajian. Bukan untuk dibisniskan. Namun apa yang selalu saya yakini sangat bertentangan dengan apa yang saya kerjakan sekarang. Setelah tempat kerja lama saya bangkrut, saya bersama teman-teman mantan karyawan mendirikan sebuah startup yang fokus di dunia edukasi, khususnya study overseas. Di awal saya menjalinya masih setengah hati, karna apa yang bisa didapatkan secara gratis justru diperjual belikan di sini. Ada pikiran untuk keluar dan mencari pekerjaan lain, saya sempat mendaftar ke perusahaan lain namun karna belum lolos dan tentu saya butuh biaya hidup (transportasi, pulsa, dll) saya masih bertahan di stratup yang kami rintis bersama dengan perasaan yang masih bingung apalagi satu per satu teman mulai mundur karena seleksi alam.

Hal itu masih terjadi sampai saat di mana saya bertemu dengan mba Shanti, di seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) DIY. Beliau adalah mantan karyawan di sebuah organisasi sosial. Saya bercerita tentang kebingungan saya karena apa yang saya yakini bertolak belakang dengan apa yang saya kerjakan. Beliau lalu menjalaskan bahwa sebenarnya hal tersebut tidak apa-apa jika dibisniskan, karena kata beliau saya dan juga teman-teman telah menyelesaikan masalah sosial yaitu memberikan akses untuk anak-anak muda yang ingin belajar ke luar negeri. Kata mba Shanti jenis bisnis seperti itu adalah "social enterpreneurship". Jadi masalah sosial bisa terselesaikan namun teman-teman di startup tetap bisa menghidupi dirinya. Mba Shanti juga memberikan contoh seperti bisnis Du'Anyam yang ada di Flores. Bahwa Du'Anyam bisa membuat ibu-ibu di sana produktif.

Karena hal tersebutlah saya mulai belajar tentang social enterpreneurship. Saya mulai mencari hal apa yang bisa saya berikan sebagai value added bagi para konsumen kami. Semakin saya belajar saya mulai memiliki keyakinan lain bahwa apa yang kami lakukan sebenarnya tidak apa-apa. Kami akan terus menebarkan manfaat tanpa batas dan yakin pasti bisa, seperti itulah kami seharusnya. Dan hal tersebut yang memang menjadi moto kami, "menebar manfaat tanpa batas". Sekarang saya bisa lega dan bisa lebih mengembangkan bisnis di startup kami tanpa ragu. Kami yakin, kami bisa menjadi bagian dari perubahan Indonesia yang lebih baik.


Ceritakan pengalaman Anda ketika harus menyelesaikan suatu tanggung jawab tertentu di bawah tekanan dari lingkungan sekitar karena sumber daya yang terbatas!


Pengalaman berkerja dan memiliki tanggung jawab terbatas, ini saya rasakan saat mengkoordinir pelaksanaan whatsapp class di startup kami. Karena startup ini kami rintis bersama dan mulai ada seleksi alam tentu beban kerja semakin banyak.

Pada saat itu kami memiliki target untuk meningkatkan omzet dan bisa gajian UMR. Saya mulai mencari cara bagaimana memaintenance para peserta sebelumya. Saya perlu memberikan promo kepada mereka karna tim kami memiliki target mendapatkan 8 peserta per hari. Untuk melakukan promo baru tentu saya butuh desain poster dan coppy writing namun karna load coppy writer di tempat kerja penuh apalagi desainer kami yang masih harus membuat desain poster untuk devisi lain, akhirnya saya belajar coppy writing sendiri dan langsung eksekusi melakukan promo. Karna saya belum bisa memakai aplikasi correl ataupun photoshop, saya memanfaatkan aplikasi Canva untuk membuat poster. Hal ini sangat membatu sekali.

Saat ini tim saya masih berjuang dengan 2 orang saja. Saya dan satu teman khusus iklan di Facebook karna satu orang ditarik untuk masuk ke tim tour. Jadi saya harus membagi waktu menjadi admin grup whatsapp yang berjumlah 16 grup dengan masing-masih anggota grup antara 15-130 peserta ditambah monitoring Line@ untuk siap menjawab setiap pertanyaan yang masuk ke Line kami.

Untuk membagi waktu dan pekerjaan, biasanya pagi hari saya menjawab pesan masuk di Line@ terlebih dahulu, setelah itu baru menyelesaikan tanggungan lain seperti mencari narasumber untuk whatsapp class selanjutnya, baru pada saat istirahat siang posting promo baru karna saat istirahat biasaya orang-orang memegang HP.

Lalu menjawab pertanyaan tentang tekanan, kalau di pekerjaan yang saya lakukan, tekanan justru datang dari para peserta whatsapp class yang terkadang komplain karna sertifikatnya yang salah nama, yang selalu bertanya kapan jawaban pertanyaannya ke narasumber bisa terjawab, yang bertanya tentang beasiswa (padahal tidak semua beasiswa saya tahu informasinya, jadi sebelum menjawab harus browsing dulu), atau bahkan curhat tentang effornya untuk kuliah ke luar negeri. Banyak macam pesan yang masuk di HP pribadi saya, namun saya juga harus selalu memberikan pelayanan prima ke konsumen. Ini sudah menjadi komitmen.

Jadi seperti itu, walaupun SDM terbatas namun pekerjaan tetap bisa diselesailan dengan pembagian tugas yang jelas dan manejemen waktu yang terus diperbaiki.


Ceritakan pengalaman Anda ketika merespon secara cepat suatu kondisi yang tidak ideal di sebuah organisasi/lingkungan Anda, padahal itu bukan tanggung jawab utama Anda!


Di kantor, piket harian itu sudah ada jadwalnya. Tugas yang piket adalah membeli makan, membersihkan kantor, dan juga memasak nasi. Saat itu hari Senin, saya yang datang ke kantor pertama. Sesaat setelah masuk, kantor berantakan sekali, piring banyak yang kotor, tempat nasi juga masih kotor bahkan tidak direndam air jadi susah dicuci. Apalagi sudah sejak Sabtu, jadi baunya juga sudah tidak enak. Padahal di kantor juga tinggal satu orang pegawai tapi entah kenapa kondisinya seperti itu.


Hari itu bukan jatah piket saya tapi saya pikir ini adalah hari Senin dan harusnya kantor bersih, wangi, dan rapi. Hari Senin adalah awal minggu jadi mood juga harus dijaga. Bagaimana mau memberikan performa kerja yang baik kalau tempat kerja berantakan dan kotor. Akhirnya saya sendiri yang merapikan kantor karena teman-teman belum hadir. Lebih cepat saya selesaikan itu lebih baik. Saya menyapu setiap sudut lantai, mengepelnya, menata meja yang masih berantakan, dan yang terakhir mencuci piring-piring kotor.


Hasilnya memang rapi dan saya pagi-pagi sudah bau keringat. Tapi saya berpikir ini lebih baik karena teman-teman yang datang bisa menghirup wanginya ruangan dan memberikan semangat kerja. Apapun itu saya pikir kerjakan saja, jangan menunggu orang lain. Lain waktu setelah semua beres bisa mengedukasi teman-teman yang lain untuk bisa lebih rapi lagi dan menjaga kebersihan.


Itulah tadi sedikit cerita saya bagaimana merespons kejadian kecil di kantor.


Ceritakan pengalaman Anda ketika menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu dan berdampak positif terhadap organisasi/lingkungan!


Hal yang berdampak positif. Tahun 2015 saat KKN saya dan salah satu teman saya diberikan tanggung jawab untuk menggalang dana dan buku untuk taman baca yang akan kami dirikan di dusun Sremo Tengah, Kulon Progo, tepatnya di rumah Pak Sujari. Beliau Dukuh di dusun tersebut. Kami mulai memasukkan proposal ke mana-mana, hasilnya? GAGAL, tidak banyak buku yang masuk. Cara kami terlalu tradisional. Sampai akhir KKN kami masih minim buku.


Akhirnya karna tarikan hati, saya ingin menggalang buku lagi untuk menambah koleksi di sana walaupun sudah tidak KKN lagi. Saya mulai membuat broadcast dan poster. Saat itu belum kenal Canva jadi masih pakai aplikasi foto editor bawaan HP yang seadanya. Saya memiliki banyak grup di Telegram yang anggotanya banyak, saya memanfaatkan hal ini, saya mulai menyebar bc di grup-grup tersebut dan post di sosial media saya, tidak disangka ternyata cara ini lebih efektif dan banyak orang yang mau menyumbang daripada menyebar proposal. Kesimpulannya cara online lebih signifikan hasilnya daripada offline menyebar proposal. Perlahan kiriman paket buku datang ke rumah, ada dari Surabaya, Klaten, Sleman juga.


Bukan hanya itu, beberapa orang berkenan untuk transfer uang Rp. 200.000 dan ada yang Rp. 500.000, Rp. 150.000, dan Rp. 750.000, (sampai sekarang baru ada 4 orang yang transfer uang tunai) itu uang yang cukup besar buat saya saat itu. Lalu sesuai kesepakatan dengan donatur, saya belikan buku semua uang tersebut dan disumbangkan ke rintisan taman baca di tempat KKN dulu. Saat ini cara online masih saya gunakan untuk menggalang buku lebih banyak lagi untuk menambah koleksi buku di taman baca Sremo Tengah dan di dusun Nogosaren, Sleman.


Dulu saya memang mengandalkan proposal dan memberikannya kepada instansi dan perusahaan yang saya kenal hanya karna brand saja namun dengan cara online saya bisa menyasar segala level masyarakat dan tentunya rekan dekat juga saya ajak untuk andil dalam menggalang buku. Memanfaatkan networking dari yang terdekat ternyata dapat memberikan dampak "bola salju" karna teman saya akan memberi tahu temannya untuk berdonasi juga. Seperti itulah cara yang saya dalami sekarang dan dampaknya lebih signifikan dari sebelumya.


Ceritakan pengalaman ketika Anda harus meyakinkan orang yang kedudukannya lebih tinggi dari Anda. Bagaimana akhirnya orang tersebut sepakat dan benar-benar menjalani ide Anda dengan senang hati!


Saya suka bercerita di pertanyaan ini. Sebelum saya bercerita bagaimana atasan saya menyetujui rencana saya, baiknya saya ceritakan dulu apa yang saya lakukan. Di tempat kerja saya, saya diberi amanah untuk mengelola whatsapp class. Nahh, untuk mengembangkan bisnis tentu saja perlu adanya inovasi, perbaikan sistem, dan lain sebagainya. Agar whatsapp class kami bisa bersaing dengan kompetitor lain dan memiliki nilai pluss (value added).


Sebelum saya mengajukan apa yang menjadi rencanan saya (nanti saya ceritakan), saya riset terlebih dahulu. Saya harus mempelajari kekurangan dari program yang saya pegang. Cara saya mempelajarinya dengan beberapa cara, diantaranya belajar dari bertanya ke orang lain. Saat itu saya tanya ke Mas Imdad, lalu saya juga membeli dan mempelajari buku marketing, saya juga menyebar kuisioner ke konsumen kami, karna kami basis kerjanya online jadi kuisioner juga saya sebar dengan google form. Selain itu saya juga belajar dari blog, dan chatting dengan peserta. Setelah semua itu dipelajari, data saya dapatkan, informasi terkumpul, saya mulai menyusun rencana dan perbaikan program. Saat itu saya membuat beberapa hal:

1. Blue print program, yaitu rencana jangka pendek, menengah, dan panjang (detail program saya tulis di sana)

2. Standar Operasional Prosedur, hal ini juga dilakukan agar tidak terjadi miss diantara tim

3. Time line, ini bagian penting dari rencana program yang saya buat agar semua berjalan sesuai target


Tiga poin tersebut saya presentasikan di depan CEO kami dan beberapa senior. Lalu bagaimana atasan menyetujuinya? jawabnnya adalah karena saya sudah riset terlebih dahulu, rencana saya adalah rencana yang berdasarkan data dan informasi. Bukan hanya rencana awangan saja. Jadi atasan dan senior hanya memberikan beberapa pertanyaan untuk tahu lebih detail tentang rencana saya saat melakukan presentasi. Setelahnya mereka bisa menyetujui apa yang saya rencanakan. Walaupun begitu, saran dari beberapa senior pasti tetap ada dan menjadi pelengkap untuk program yang akan saya jalankan. Dan sekarang saya sedang dalam proses menjalankan apa yang sudah saya rencanakan itu. Begitulah ceritanya, jadi agar apa yang kita rencakan disetujui harus paham situasi dulu, dipelajari dan baru aksi.


Ceritakan pengalaman Anda ketika mengalami penolakan/kegagalan berkali-kali! Jelaskan bagaimana Anda berhasil melalui kondisi tersebut!


Penolakan berkali-kali saya rasakan saat menyandang predikat job seeker. Menurut catatan yang saya buat saya sudah gagal 52 kali. Baik aplikasi online maupun offline. Saya gagal di banyak bidang, ada instansi perintah, bank syariah, lembaga riset, rumah sakit, pendamping PAUD, dll. Banyak, tapi yang membuat saya tidak mau berhenti mencoba adalah seperti banyak orang bilang "rejeki nggak kemana".


Setelah selalu mendoktrin diri saya dengan kata ajaib itu saya selalu bisa bangkit walaupun manusiawi pasti setelah gagal selalu ada perasaan sedih dan kecewa dulu. Orang tua saya juga selalu mendukung dan menyemangati untuk selalu mencoba dan tidak boleh menyerah. Sampai akhirnya 8 bulan saya mencari kerja, saya baru dinyatakan lolos magang di PT. Telkom Witel Yogyakarta. Di sana saya mendapatkan banyak ilmu baru dan pengalaman tentunya. Setiap proses sekecil apapun itu pasti ada hasilnya jadi tidak boleh menyerah. Selesai magang, saya lalu kerja di penerbitan buku, yang akhirnya tutup dan saya bersama teman-teman mendirikan startup (seperti yang sudah saya ceritakan di bagian pertanyaan lain di essai ini).


Aplikasi yang paling membuat daya down adalah saat gagal Pertukaran Pelajar Antar Negara (PPAN) Program The Ship for Southeast Asia and Japanese Youth Program (SSEAYP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. Setelah saya evaluasi, hipotesis saya kenapa gagal adalah pementasan bakat yang kurang menarik interviewer I tapi sampai saat ini saya ingat pesan dari interviewer II "sebarkan pemahaman Pancasila kamu ke orang-orang di sekitarmu, semoga kamu diterima", tapi ternyata saya gagal dan saya justru berencana untuk merealisasikan pesan dari Bapak interviewer itu untuk menyebarkan pemahaman yang benar tentang Pancasila, ini akan saya realisasikan di project sosial taman baca bernama Daw'ki (sedang penggalangan dana dan donasi buku sekarang). Karena PPAN juga, saya bisa kenal mba Shanti (sudah saya ceritakan di jawaban essai kedua). Jadi seperti itu, bagaimana bisa bangkit dari kegagalan yaa harus selalu melihat hal positif yang bisa diambil. Saya gagal ini itu tapi saya bisa jadi tahu lebih banyak hal, saya juga jadi tahu apa kekurangan saya untuk bisa diperbaiki. Saya yakin setiap proses yang saya lakukan baik sekecil apapun akan bermanfaat nanti. Jadi harus selalu bangkit dan bergerak lagi.


Ceritakan pengalaman anda menyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan!


Awalnya saya bingung mau nulis apa di bagian ini tapi saya terus ingat keponakan saya. Namanya Tsamrotul Uula Fitriyani (kelas 3 SD), saat itu sedang masa libur sekolah, karna emang dunia anak yaa dunia main jadi pagi sampai sore kerjaannya main. Barulah ba'da maghrib dia diminta buat belajar. Saya suruh belajar ke ruangan saya, jawabannya "nggak mau". Ini gimana udah seharian main tapi disuruh belajar tidak mau. Akhirnya saya ajak guyon dulu. "La ayokk sinau nang lek ening, jawab-jawaban wes, mengko sing kalah dicoret nggo bedak", artinya "La ayookk belajar di tempat lek ening (saya), jawab-jawaban deh (gantian tanya-jawab), nanti kalau kalah dicoret pakai bedak". Akhirnya dengan percakapan singkat lainnya, Ola (nama panggilan dia) setuju. Dia mau belajar dan mengerjakan soal.


Selama mengajari dia saya juga mnyelipkan guyonan, mengajarinya dengan game jadi dia bisa main sambil belajar. Dan tidak membuat tertekan juga cara belajarnya. Sebenarnya saya juga belum tahu banyak tentang bagaimana metode mengajari dengan baik, apakah memberikan punishment (coretan bedak) juga merupakan tindakan yang benar. Namun yang saya yakini saat itu adalah bagaimana mengajak Ola untuk mau belajar dengan menyenangkan.Terkadang saya juga memberikan reward ke Ola untuk bisa main HP dan menonton film kartun di sana.


Itulah tadi sedikit cerita bagaimana saya bisa mengajak Ola yang awalnya tidak mau belajar untuk bisa mengerjakan soal-soal yang saya berikan dengan senang hati.


Ceritakan pengalaman ketika Anda harus menyelesaikan tanggung jawab yang besar dan ada banyak tantangan serta hambatan yang datang tanpa bisa Anda prediksi!


Salah satu tanggungan yang saya rasa berat dan bisa menjawab pertanyaan untuk essai ini adalah tanggung jawab mencari narasumber untuk kelas di tempat kerja saya dan memoderatori pelaksanaan kelas tersebut. Saya harus mencara narasumber setiap bulannya. Membuat Term of Refference (ToR), membuat calon narasumber deal dengan penawaran yang kami berikan. Salah satu kejadian yang membuat saya cukup kerepotan saat mencari narasumber untuk mengisi sharing tentang beasiswa DAAD Jerman. Ini terjadi saat bulan Juni 2018 kemarin.


Beberapa kenalan yang saya miliki tidak ada yang kenal dengan awardee beasiswa tersebut. Saya juga mencoba menghubungi salah satu pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) lalu diarahkan ke bagian Festival Luar Negeri (Felari) tapi hasilnya masih nihil, sampai saya diarahkan lagi ke satu kontak tapi hasilnya sama. Karna sampai benerapa kali belum menemukan narasumber padahal waktu cukup terbatas dan harus ada waktu buat matketing akhirnya saya mencoba mencari awardee beasiswa tersebut via sosial media (Instagram dan Facebook) saya Inbox mereka, ada yang tidak membalas juga.


Akhirnya saya mendapatkan rekomendasi dari teman, dia berteman dengan awardee DAAD di Facebook. Saya inbox dan minta nomer WhatsApp. Singkat cerita dengan penjelasan dan mengirimkan ToR akhirnya beliau bersedia menjadi narasumber. Beban atau tanggung jawab karena narasumber adalah hulu dari proses marketing yang dijalankan dan masih harus membuat desain poster, juga mencari paid promote untuk iklan. Belum lagi saat waktu mencari narasumber bulan berikutnya berdekatan dengan pelaksanaan kelas bulan ini. Wahh, itu rasanya hectic sekali tapi harus bisa dijalani dengan pikiran tenang agar tidak kacau.


Menjadi Pengajar Muda, Anda akan menghadapi banyak sekali ketidakpastian saat penugasan. Baik secara finansial, jangka waktu penugasan, perubahan arahan secara mendadak dan hal lain. Bagaimana Anda menyikapi jika kondisi-kondisi tersebut terjadi?


Apapun kondisinya nanti harus bisa bertahan selama 1 tahun. Bermodalkan pengalaman menghadapi beberapa situasi yang sudah dijelaskan di essai sebelumnya, saya yakin saya bisa. Nanti juga akan ada pembekalan dari Indonesia Mengajar jadi pasti akan lebih siap lagi. Seperti yang saya tulis di essai sebelumnya juga bahwa sekecil apapun proses akan ada manfaatnya nanti. Kalau masalah finansial, kita ditempatkan di lokasi dengan warga sekitar, mereka adalah saudara, harus bisa beradaptasi, saya yakin bahwa ketika kita berlaku baik kepada mereka maka mereka juga akan melakukan sebaliknya. Bantuan akan selalu ada.


Lain ladang lain belalang, jadi harus bisa menyesuaikan diri, berbaur dengan mereka agar setiap kesulitan dan tantangan yang dihadapi bisa diselesaikan bersama. Kalaupun ada masalah yang harus diselesaikan sendiri, paling tidak akan ada keluarga di penempatan yang selalu mendukung. Pada intinya kan bagaimana kita bisa secepat mungkin menyesuaikan diri saat ada perubahan dan tetap melakukan misi bersama untuk menuntaskan janji kemerdekaan. Saya sadar bahwa ditempatkan di sebuah lokasi baru tidaklah mudah, dulu sewaktu kuliah saat menjalankan program KKN yang lingkup wilayahnya tentu lebih kecil pun harus butuh waktu untuk bisa dekat dan mengajak warga berkerja bersama. Jadi apapun kendalanya nanti, itu sudah menjadi risiko yang harus bisa dihadapi dan diselesaikan dengan baik.


Dulu waktu KKN kelompok saya pernah dicurigai mengambil HP salah satu santri TPA, kami disidang 3 kali dan yang terakhir seluruh anggota kelompok ikut. Saya angkat bicara saat musyawarah dan berani bersumpah bersama bahwa kami tidak melakukannya, saya juga ajak santri yang HPnya hilang untuk keluar forum dan saya tanya baik-baik. Akhirnya bisa terselesaikan. Itu masalah yang tiba-tiba muncul, padahal KKN berkelompok. Apalagi nanti saat diberikan kesempatan untuk menajdi PM dan sendiri, pasti tantangannya lebih besar, yang penting harus selalu disikapi dengan pikiran dan hati yang dingin. Yakin bahwa setiap tantangan akan bisa dilewati dan setiap kesulitan tentu ada kemudahan dan jalan keluarnya, seperti di Q.S. Al Insyirah ayat 5-6. Bahkan di ayat tersebut disebutkan dua kali kalau setiap kesulitan ada kemudahan. Jadi tidak perlu khawatir karna niat baik akan selalu ada jalan, insyaAllah.



Itu tadi teman-teman essay yang saya kirim untuk seleksi CPM XVII tahun 2018 lalu, semoga bermanfaat. 


Monday, April 29, 2019

#NoteDiri

Salah satu hal bodoh yang dulu saya lakukan adalah "menebak-nebak". "Besok bagaimana kalau akan seperti ini?, seperti itu?", "Bagaimana kalau dia seperti ini bukan seperti itu?", atau "Ahh .. mungkin nanti akan begini". Dengan kata lain, menebak-nebak adalah khawatir. Khawatir atas apa yang belum terjadi, padahal itu semua masih beberapa jam di depan, beberapa hari lagi, atau bahkan beberapa tahun lagi. Menyedihkannya lagi, saking banyaknya tebakan-tebakan dan kekhawatiran itu, justru kualitas beberapa hal di masa sekarang menjadi buruk, tidak fokus.

Sibuk mengkhawatirkan perasaan orang lain, tapi mengalahkan perasaan sendiri. Sibuk memikirkan hal apa yang akan dilakukan nanti tapi lupa menyelesaikan dengan baik pekerjaan sekarang. Takut kehilangan seseorang di mana depan tapi tidak menjaganya di masa kini. 


Hati dan pikiran itu kadang mengkhawatirkan hal-hal yang masih bayang-banyang. Tidak seharusnya seperti itu. Hidup hari ini untuk hari ini, bukan nanti.

Sekarang saya mulai memperbaiki hal-hal bodoh itu. Saya mulai berbenah. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh yang yang selalu khawatir. Masa depan harus dipersiapkan, bukan dikhawatirkan. Caranya, dengan melakukan hal baik di masa sekarang. Mengupayakan dengan baik.


Wednesday, April 24, 2019

Dulu saya punya teman, kemana-mana bareng. Mau cerita ini itu, bebas, kami dekat. Berjalannya waktu, kami semakin jarang bertemu, disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Tak apa, memang harus seperti ini.

Dulu saya punya teman, biasa saja. Bertukar sapa sesekali saja. Jarang saling tanya kabar, tapi ketika satu sama lain butuh atau sedang merayakan kebahagiaan, kami kompak. Iya, memang seperti ini adanya.


Dulu saya punya teman. Bertemu baru sekali, tapi setelahnya rutin saling berkabar, sampai sekarang, dan hanya melalui sosial media. Sesekali video call. Hanya sesekali, tapi durasinya lama. Tak apa, memang caranya seperti ini.


Dulu saya punya teman. Tak pernah berkabar, tiba-tiba datang dan ada maunya. Ada, ada teman seperti ini. Bantu, semampunya.


Dulu saya punya teman. Teman yang selalu saya harapkan bisa paham situasi saya tanpa saya bercerita, saya egois. Nyatanya, dia diam. Sebaliknya, orang yang tak terduga justru menyapa dan menjadi pendengar. Tak apa, memang segala harapan ada yang meleset.


Dulu saya punya teman. Teman yang selalu saya ganggu, yang selalu saya mintain tolong, dan segala hal yang memberatkan dia. Kadang saya jadi teman yang ngeribetin


Dulu saya punya teman, sering curhat. Tapi, selalu menjadi pendengar tak selamanya bagus, kita punya batasan.


Dulu saya punya teman, biasa saja tapi sekarang bisa lebih akrab. Dulu dia tak pernah cerita urusan pribadinya tapi tidak untuk sekarang, dia lebih terbuka. Saya senang, bahwa saya ditempatkan sebagai orang yang dia percaya.


Sekarang, semua teman itu ada yang masih menjadi teman tapi lebih banyak yang sudah hilang. Semua berproses dan ada masanya mereka pergi dan terganti, pun dengan kita di kehidupan orang lain. Ada masanya kita pergi.

Doll for Child

  Social activities selalu bisa memberikan energi baik untuk saya tapi selama menjadi seorang karyawan, kegiatan semacam ini sulit sekali di...